Judul
: Karena Mentua
Pengarang
: Nut Sutan Iskandar
Penerbit
: PT Balai Pustaka (persero)
Cetakan Pertama : 1932
Marah Adil, salah seorang salah seorang pelaku utama
dalam cerita ini, telah beristeri dengan seorang anak gadis bernama Ramalah.
Mereka itu sangat rukun. Hidupnya hanya dari mengerjakan sawah ladangnya.
Tetapi mentua Marah Adil yang gila akan kekayaan dan pangkat, tidak senang bermantukan
dia. Ada-ada saja usaha untuk menceraikan anaknya dari kekuasaan menantunya
itu.
Pada suatu hari Marah Adil pergi merantau ke Lampung
untuk mencari penghidupan baru guna memperbaiki keadaan rumah tangganya,
lebih-lebih untuk isterinya Ramalah.
Bukan main senang hati Mak Guna, yakni ibu Ramalah,
melihat menantunya pergi itu. Ia terpengaruh oleh kekayaan Sutan Melaka yang
baru datang dari Bengkulu dengan isterinya yang sarat dengan perhiasan yang
melekat pada tubuhnya. Ia menginginkan bermenantukan Sutan Melaka. Keputusan
terjadi dengan akan dinikahkannya Ramalah dengan Sutan Melaka.
Ramalah dibujuk-bujuk oleh ibunya dengan jalan memfitnah
Marah Adil yakni dikatakannya bahwa Marah Adil merantau itu hanya untuk
berpetualang saja. Ramalah tak percaya akan fitnah itu. Karena ia masih cinta
kepada suaminya dan karena hari pernikahan paksa itu telah dekat, maka akhirnya
Ramalah mengirimkan telegram kepada Marah Adil agar lekas pulang.
Bukan main terkejut Mak Guna setelah akan pergi mengantarkan anaknya ke rumah
kadi, tiba-tiba melihat Marah Adil datang. Sebaliknya betapa senang hati
Ramalah melihat suaminya datang itu tak dapatlah digambarkan.
Marah Adil kini telah bermodal sedikit, dan ia bermaksud menjadi saudagar kecil
di daerahnya. Walaupun demikian namun dendam Mak Guna kepada menantunya itu
masih tetap ada. Ada-ada saja sindiran yang dilemparkan kepadanya.
Pada suatu ketika Mak Guna bertemu dengan Mak Amin, teman sepermainannya dulu.
Mak Guna tercengang melihat rumah Mak Amin yang besar dan sarat dengan
perhiasan yang mahal-mahal itu. Mak Amin mempunyai seorang anak laki-laki yang
bernama Ramli. Ia menjadi komis pos dan telah menikah dengan gadis dari Bandung
bernama Suriati.
Timbul dalam hati Mak Guna akan mengambil Ramli menjadi
menantunya. Kunjungan bakasan Mak Amin ke rumah Mak Guna menyebabkan Mak Amin
terpikat hatinya kepada Ramalah yang cantik itu. Mak Amin mulai benci kepada
menantunya.
Akhirnya Mak Guna dan Mak Amin bersepakat akan menikahkan anaknya. Walaupun
Ramalah masih cinta kepada Marah Adil, demikian pula Ramli dengan Suriati,
namun mereka itu tak kuasa menolak paksaan ibu mereka itu masing-masing.
Daya upaya Mak Guna
berhasil. Dengan jalan bertengkar lebih dahulu dengan menantunya, berhasillah
Mak Guna melepaskan anaknya dari kekuasaan Marah Adil. Karena malu terpaksalah
Marah Adil menceraikan isterinya, walaupun hal itu sangat berat baginya.
Pada suatu hari Ramalah akan dinikahkan dengan Ramli. Ramai benar rumah famili
Mak Guna tempat Ramalah akan dinikahkan itu. Sebelum mempelai laki-laki datang,
tiba-tiba muncullah Marah Adil dengan pakaian hitam dari belakang dan terus
masuk ke dapur. Dengan sebilah pisau ia hendak menghajar Mak Guna untuk
membalas dendamnya. Takala hendak menikam Guna, tiba-tiba Ramalah melompat ke hadapan
Marah Adil, untuk menggantikan ibunya yang hendak dibunuh itu.
Ramalah kena tikaman pisau dan seketika itu juga
meninggal. Melihat hal itu, seketika itu juga Marah Adil mencabut pisau dari
dada Ramalah dan dengan pisau itu juga ia mengakhiri hidupnya.
Tak berapa lama sesudah peristiwa itu, datanglah Ramli yang akan dinikahkan
dengan Ramalah itu. Melihat peristiwa itu, ia pun terus pulang. Di rumah
didapatinya Suriati sedang pingsan. Atas nasihat dokter ia harus tinggal di
tempat yang berhawa dingin. Maka Ramlli pun pindah ke Bukittinggi.
Setelah agak lama di Bukittinggi, Ramli
mengirimkan telegram ke kantor pos pusat, agar ia dipindahkan keluar Sumatera,
sekurang-kurangnya keluar dari Minangkabau. Beberapa bulan kemudian Ramli
mendapat surat keputusan yang menetapkan bahwa ia dipindahkan ke kantor pos
Malang. Setelah itu iapun beserta isterinya meninggalkan ibunya, demikian pula
daerahnya yang terkenal karena adat-istiadatnya yang sangat keras itu.
Kemudian setelah di Malang Ramli dan Suriati mendapat kabar dari ibunya, bahwa
Mak Guna telah meninggal karena penyakit jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar